gambar sejarah indonesia |
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat
terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14,
kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit.
Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan
dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era kerajaan
Islam
Islam sebagai
sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12,
namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi.
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional
melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara
dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad
7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim
di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada
institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta
dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi:
“Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu
seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di
wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu
wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak
12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah
mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak
begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan
kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada
saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja
Srindravarman, yang semulaHindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama
'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh
Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus
mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah
kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12
November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di
kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan
ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai
kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas
Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16
dan 17,
dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan
tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan
di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan
Islam yang datang dari luar Indonesia,
maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang,
para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para
pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena
umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru
tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan
Banten yang menjalin
hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan
Tidore di Maluku.
Era kolonial[sunting | sunting sumber]
Kolonisasi Portugis dan Spanyol[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah
Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang
juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasiberabad-abad
oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi
Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan,
melewatiTanjung Harapan Afrika,
menuju Selat Malaka.
Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para
pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos
dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat
saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de
Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati
sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque
juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India
1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz,
Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral
kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu,
bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai
petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam
buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa,
2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu
motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas
dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria,
fortaleza, dan igreja.
Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi
militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari
Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi
Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba
di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia
dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka,
ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat
rempah-rempah.
Periode
Kejayaan Portugis di Nusantara[sunting | sunting sumber]
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi
pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi
rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian
dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal
21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu
salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama
dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi
sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan
perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim
Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke
tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di
Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu
tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia
itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih
dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan
Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara
Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah
Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing
dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan
Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk
dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri
Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini
tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan
penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon 14 Februari
1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan
tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk
melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada
tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575),
membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan
Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan
Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil
memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der
Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris
di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda
berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan
berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa
tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala
Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC
selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir
pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku
menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511,
kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah
perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan
Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan
Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh
David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian
berhasil mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan
menguasai Timor timur (sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia
sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka
dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk
mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Perlawanan Rakyat terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke
Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa
melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan
perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis.
Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa diantaranya di
Amurang dan Kema.
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh
Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Usaha perlawanan kolonial Portugis di
Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan
persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah
pimpinan Fatahillah/Falatehan
dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat
dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya
kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis
tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada
saat Sultan Iskandar Muda berkuasa,Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka
pada tahun 1615 dan 1629.
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis[sunting | sunting sumber]
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis
karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli
perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh
rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat
Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan
terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya
tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan
Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Garis waktu kolonialisasi[sunting | sunting
sumber]
Kolonialisasi Spanyol[sunting | sunting sumber]
·
1521 Spanyol mendarat di Sulawesi Utara
·
1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan
Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan
sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang
Mongondow yang
berakhir tahun 1692.
Kolonialisasi Portugis[sunting | sunting sumber]
1509 - 1520[sunting | sunting sumber]
·
1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
·
10 Agustus,
Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
·
Sultan Melaka melarikan
diri ke Riau.
·
Portugis di Melaka
menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam
dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
·
Pati Unus menaklukkan Jepara
·
Desember,
Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah
Timur.
·
Dua kapal rusak di Banda.
Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan
menuju ke Ambon, Ternate,
dan Tidore.
Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore,
pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.
·
1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi
berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim
seorang duta menemui Raja Sunda diPajajaran.
Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
·
Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit
·
Portugis membangun
pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
·
Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit
dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak
pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
·
1514
·
Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh,
dan menjadi Sultan Aceh pertama.
·
1515
·
Portugis pertama kali tiba
di Timor.
·
1518
·
Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan
di Johor.
·
Raden Patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi
Sultan Demak.
·
1520
·
Aceh mulai menguasai
pantai timur laut Sumatra.
·
Rakyat Bali menyerang Lombok.
·
Banjar di Kalimantan menjadi Islam.
1521 – 1530[sunting | sunting sumber]
·
1521
·
Unus memimpin armada dari
Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di
Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
·
Portugis merebut Pasai di Sumatra;
·
Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai
berangkat ke Mekkah.
·
Kapal terakhir dari
ekspedisi Magelhaens mengeliling dunia berlayar antara
pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
·
1522
·
Mei, ekspedisi De Brito
tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
·
Kerajaan Sunda,
yang masih beragama Hindu, meminta bantuan
Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim.
Kontrak kerjasama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
·
Sisa-sisa ekspedisi
Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.
·
Portugis membangun benteng
di Hitu, Ambon.
·
1523
·
Gunungjati kembali dari
Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan
Sultan Trenggono.
·
1524
·
Gunungjati dari Cirebon
dan anaknya Hasanuddin (di Banten)
melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis.
Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam
dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak.
·
Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatera Utara.
·
1525
·
Hasanuddin (dari Banten),
anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di Lampung.
·
1526
·
Portugis membangun benteng
pertama di Timor.
·
1527
·
Demak menaklukkan Kediri,
sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai
pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
·
Demak merebut Tuban.
·
Cirebon, dibantu Demak,
menduduki Sunda Kelapa,
pelabuhan Kerajaan Sunda. Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta.
(Sukses ini dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai
dengan kekeliruan ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini
adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga
keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir.
Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara
Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
·
Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya
(kini Bangkalan),
menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
·
Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari
Maluku.
·
1529
·
Demak menaklukkan Madiun.
·
Raja-raja Spanyol dan
Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
·
1530
·
Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
·
Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Blambangan,
kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
·
Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
·
Banten memperluas
pengaruhnya atas Lampung.
1531 – 1540[sunting | sunting sumber]
·
1536
·
Serangan besar Portugis
terhadap Johor.
·
Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di
Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.
·
Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena
mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya dengan
saudara-saudaranya.
·
1537
·
Serangan Aceh atas Melaka
gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I.
·
1539
·
Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
·
1540
·
Portugis berhubungan
dengan Gowa.
·
Kesultanan Butung didirikan.
1541 – 1550[sunting | sunting sumber]
·
1545
·
Demak menaklukkan Malang.
Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.
·
1546
·
Demak menyerang Blambangan
namun gagal.
·
Trenggono dari Demak
meninggal dan digantikan oleh Prawata.
Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
·
St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai,
Ambon, dan Ternate.
·
1547
·
Aceh menyerang Melaka.
·
1550
·
Portugis mulai membangun
benteng-benteng di Flores.
1551 – 1560[sunting | sunting sumber]
·
1551
·
Johor menyerang Portugis
Melaka dengan bantuan dari Jepara.
·
Pasukan-pasukan dari
Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
·
1552
·
Hasanuddin memisahkan diri
dari Demak dan mendirikan Kesultanan
Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
·
Aceh mengirim duta ke Suleiman I, Sultan Ottoman di Istanbul.
·
1558
·
Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate
untuk menyerang Portugis di Hitu.
·
Portugis membangun benteng
di Bacan.
·
Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang.
·
Wabah cacar di Ternate.
·
1559
·
Para misionaris Portugis
mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.
·
1560
·
Portugis mendirikan pos
misi dan perdagangan di Panarukan,
di ujung timur Jawa.
·
Spanyol mendirikan pos di
Manado.
1561 – 1570[sunting | sunting sumber]
·
1561
·
Sultan Prawata dari Demak
meninggal dunia.
·
Misi Dominikan Portugis
didirikan di Solor.
·
1564
·
Wabah cacar di Ambon.
·
1565
·
Aceh menyerang Johor.
·
Kutai di Kalimantan menjadi Islam.
·
1566
·
Misi Dominikan Portugis di
Solor membangun sebuah benteng batu.
·
1568
·
Serangan yang gagal oleh
Aceh di Melaka Portugis.
·
1569
·
Portugis membangun benteng
kayu di pulau Ambon.
·
1570
·
Aceh menyerang Johor lagi,
namun gagal.
·
Sultan Khairun dari
Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis, tetapi esok
harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya. Baabullah menjadi Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah untuk
mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
·
Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.
1571 – 1580[sunting | sunting sumber]
·
1571
·
Alaudin Riyat Shah
meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
·
1574
·
Jepara memimpin serangan
yang gagal di Melaka.
·
1575
·
Sultan Babullah mengusir
Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore.
·
1576
·
Portugis membangun benteng
di kota Ambon sekarang.
·
1577
·
Ki Ageng Pemanahan
mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
·
1579
·
Banten menyerang dan
meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan
menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaituPrabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan
ibukota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam pelarian
di daerah Banten.
·
November, Sir Francis
Drake dari Britania,
setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika,
tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol,
mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.
·
1580
·
Maulana Muhammad menjadi
Sultan Banten.
·
Portugal jatuh ke tangan
kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.
·
Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke
Britania.
·
Ternate menguasai Butung.
·
1581
·
Sekitar saat ini, Kyai
Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya
oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dariWali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi
Kyai Gedhe Mataram.
·
1584
·
Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe
Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
·
1585
·
Sultan Aceh mengirim surat
kepada Elizabeth I dari Britania.
·
Kapal Portugis yang
dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas
pantai.
·
1587
·
Sutawijaya mengalahkan
Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
·
Portugis di Melaka
menyerang Johor.
·
Portugis menandatangani
perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
·
Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
·
1588
·
Sutawijaya mengganti
namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.
·
1590
·
Desa asli Medan didirikan.
1591 – 1659[sunting | sunting sumber]
·
1591
·
Senopati merebut Madiun,
lalu Kediri.
·
Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang,
tetapi misinya gagal.
·
Ternate menyerang Portugis
di Ambon.
·
1593
·
Ternate mengepung Portugis
di Ambon kembali.
·
1595
·
2 April,
ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
·
Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan
(belakangan Banjarmasin).
·
Portugis membangun benteng
di Ende, Flores.
Kolonisasi VOC[sunting | sunting sumber]
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa
wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara
kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang
tidak terpengaruh adalah Timor Portugis,
yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi
Indonesia bernama Timor Timur.
Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945),
kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II.
Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial
terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos
belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati
kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai
secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda(bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak
monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh
Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia,
yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan
melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di
kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah,
dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan
Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian
mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak
yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada
masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Kolonisasi pemerintah Belanda[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Belanda
Era Napoleon (1800-1811)[sunting | sunting sumber]
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke-18,
tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800 dan setelah Belanda kalah Perang Eropa dan dikuasai Perancis, maka
Hindia-Belanda jatuh ke tangan Perancis, walaupun secara pemerintahan masih di
bawah negara kesatuan Republik Belanda(hingga
1806), kemudian dilanjutkan Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu
dimulailah perang perebutan kekuasaan antara Perancis (Belanda) dan Britania
Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan beberapa wilayah Hindia-Belanda
dan perjanjian, antara lain Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi Tuntang.
Dalam masa ini Hindia-Belanda berturut-turut diperintah
oleh Gubernur Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels,
dan yang terakhir adalah Janssens. Pada masa
Daendels dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura sekarang), kemudian meluaskan daerah
jajahan hingga ke Lampung,
namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810
ketika Perancis menganeksasi Belanda, maka bendera Perancis dikibarkan di
Batavia, dan Daendels kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon.
Janssens, penggantinya, tidak memerintah lama, karena Britania di bawah Lord Minto datang dan merebut Jawa dari Belanda-Perancis.
Interregnum Britania (1811-1816)[sunting | sunting sumber]
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih
sementara dari Belanda ke Britania, hingga akhir perang Napoleon pada 1816
ketika Britania harus mengembalikan Hindia-Belanda kepada Kerajaan Belanda.
Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India, sedangkan
Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian
membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles
adalah penemuan kembali Candi Borobudur,
salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan Gunung Tambora diSumbawa meletus, dengan korban langsung dan
tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa
Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)[sunting | sunting sumber]
Setelah Kongres Wina mengakhiri Perang Napoleon dan
mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak 16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas
wilayah Hindia-Belanda yang tertulis dalam Undang-Undang
Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayahHindia-Belanda,
hingga 1942 ketika Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan
Sumatera, yang terkenal dengan Perang
Diponegoro atau Perang Jawa,
pada tahun 1825-1830, dan Perang Padri(1821-1837),
dan perang-perang lainnya. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini,
para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan
pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian
diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para
pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini
adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang
mereka sebut Politik Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang
termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi,
dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme[sunting | sunting sumber]
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada
tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo.
Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah
penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri
dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di
Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II[sunting | sunting sumber]
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II,
Belanda diduduki oleh Nazi Jerman.
Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk
Jepang keAmerika Serikat dan Britania.
Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar
pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai
penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi
dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap
pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada
Maret 1942.
Pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Jepang
Wikisumber memiliki
naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
|
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk
mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat
memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta,
dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang
tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
terlibat perbudakan seks, penahanan
sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran
Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan
Mei, Soepomomembicarakan
integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut
juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya,
Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan[sunting | sunting
sumber]
Proklamasi kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai
kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus,
Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai
proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer
Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah
Air (PETA), para
pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan
menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian
dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara
hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan
baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia
yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan(tidak
termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Perang kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era 1945-1949
Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan
Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran
Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik
maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan
yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali
ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949),
setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada
pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia
menjadi anggota ke-60 PBB.
Demokrasi parlementer[sunting | sunting sumber]
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang
baru yang terdiri dari
sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab
kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada
partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi
pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno
lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim
lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian
yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi
Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif
lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh
seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet
diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden
menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi Terpimpin[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi,
Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan
MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia.
Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan
kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam
rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser
kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para
pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan
Blok Barat maupun Blok Uni Soviet.
Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak
menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an,
Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI
merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya
tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara
lainnya.
Nasib Irian Barat[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konflik Papua Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan
kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan
langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah
tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat
di Irian pada 18 Desembersebelum
kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan
1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan
perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia
mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei1963.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah
sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggrisdi
wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi
Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia
dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi
perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan
menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno
mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan
Baru (CONEFO)
sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade.
Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara
pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
Gerakan 30 September[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai
banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan
untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk
membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai
pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior
dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal
istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat
itu, Mayjen Soeharto,
menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan
situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang
yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang
paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Era Orde Baru[sunting | sunting
sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama
yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi.
Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
"bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah
Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi
melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian
dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978,1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru"
dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar
negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa
jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi (Pelita) sebagai
tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama
masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar
namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yangkelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Irian Jaya[sunting | sunting sumber]
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia
melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di
Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan
kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus
akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB
kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap
pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil
pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam
atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih
eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur[sunting | sunting sumber]
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah
sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara
Australia oleh Laut Timor.
Akibat kejadian politis
di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor
Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin,
sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme,
dan UDT, menjadi partai-partai
terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan
kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia
masuk ke Timor Timur dalam sebuah operasi militer yang disebut Operasi Seroja.
Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan
persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia,
berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan
minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir
200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan
lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam
wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur
memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang
diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk
yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah
hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan
pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang
mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB
(UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan
penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
Krisis ekonomi[sunting | sunting sumber]
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J.
Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan
dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan
harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh.Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal
dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta
pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta
ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah
MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil
Presiden, B. J. Habibie,
untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Era reformasi[sunting | sunting
sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Reformasi
Pemerintahan Habibie[sunting | sunting sumber]
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah
satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor
untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid[sunting | sunting sumber]
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu
parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu
menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) 10%.
Pada Oktober 1999, MPR melantik
Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk
masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasionalpada awal
November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses
demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di
samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga
menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku,
dan Papua. Di Timor Barat,
masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal
dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia
mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang
semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati[sunting | sunting sumber]
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden
Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran
menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan
keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk
memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan
keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.
Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan Kabinet Gotong Royong.
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar
ketika Pulau Sipadan dan Ligitan lepas dari NKRI berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional.
Pemerintahan Yudhoyono[sunting | sunting sumber]
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diselenggarakan, dengan Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama yang dipilih secara
langsung oleh rakyat,
kemudian membentuk Kabinet Indonesia Bersatu. Pemerintah ini
pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar,
seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh
lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatera.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan
bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik
berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.
sejarah indonesia
Reviewed by Anisa
on
22.35
Rating:
Tidak ada komentar: